PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA.
A. Latar belakang.
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah membentuk
manusia cerdas yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Tapi pada era
atau pada jaman imperialisme budaya saat ini, tingkat kriminalitas anak-anak
dan remaja sangat tinggi dan jumlah mereka yang masuk penjara lebih dari
satu juta orang (Harry Hikmat, Direktur Anak Depsos, Waspada, 11 Maret 2009).
Dan pendidikan yang kini tumbuh berkembang dengan pesat, justru berefek
melahirkan banyaknya koruptor. Memang tidak semua koruptor, tetapi para pelaku
korupsi justru orang-orang yang pada umumnya sudah menyandang berbagai gelar
pendidikan. Hal tersebut terjadi dikarenakan selama anak – anak dan remaja
semasa mereka belajar di bangku sekolah masing – masing terlupakan akan
pendidikan budi pekerti atau yang di sebut dengan pendidikan karakter .Secara
umum pendidikan karakter memang belum menjadi proritas utama dalam pembangunan
bangsa dan belum diterapkan secara holistik dalam kurikulum Pendidikan
Nasional.
B. Batasan masalah.
Pendidikan formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal
berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan
Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan dan ekstrakurikuler, penciptaan
budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah
peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Pendidikan nonformal
Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter
berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan,
dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan
ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran
pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan.
Pendidikan informal.
Pendidikan karakter pada pendidikan informal
berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain
terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya.
C. Manfaat.
Agar berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. pendidikan karakter dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus
pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu
·
Pembentukan
dan Pengembangan Potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
·
Perbaikan
dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
·
Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
D. Isi pokok.
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan
sebuah bangsa, Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang
diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun
tidak terstruktur. oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib
mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi.
Education is an institution of every civilized
society, but the purposes of education are not the same in all societies. and
educational sytem finds its guiding principles and ultimate goals in the aims
and philosophy of the social order in which it functions. The two predominant
types of society in the world today are the democratic and the authoritarian,
and the social role of education is very different in two systems.[1]
Dalam bidang
pendidikan seorang anak dari lahir
memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai
karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam
menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan
kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial. Secara
terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas), dahulu bernama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Di Indonesia, semua
penduduk wajib mengikuti program wajib belajar
pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia
diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Sekolah
menjadi tempat belajar bagi anak. Sekolah memberikan serangkaian materi untuk
mengasah dan mengembangkan kemampuannya. Di sekolah juga terjadi proses
pendewasaan untuk anak. Namun sekolah bukan satu-satunya tempat untuk mendidik
anak, masih ada keluarga dan lingkungan masyarakat. Kunci keberhasilan anak
di sekolah tidak hanya karena guru saja, tetapi ada orang tua yang turut ikut
serta. Pendidikan yang baik adalah melibatkan orang dewasa yaitu orang tua.
Jika orang tua terlibat langsung dalam pendidikan anak di sekolah maka prestasi
anak akan meningkat. Dibalik anak yang selalu berprestasi dan menamatkan pendidikannya dengan
baik ada orang tua yang selalu mendukung. Pendidikan orang tua yang sukses
adalah pendidikan yang mampu mengantarkan anak menjadi : Bertaqwa,
Berkepribadian matang, Berilmu mutakhir dan berprestasi, Mempunyai rasa
kebangsaan, dan Berwawasan global.
Pendidikan
sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dunia pendidikan diharapkan sebagai
motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota
masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis
dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah
menjadi kesepakatan bersama. Pendidikan mata pelajaran lain jelas perlu, tapi
berikan nuansa pendidikan karakter didalamnya. Sisipkan nilai kehidupan,
nilai positif dari setiap materi dan berikan sentuhan manfaat dalam kehidupan.
Misalnya mengajarkan fisika dengan bercerita tentang penemu teori atau rumus
yang sedang diajarkan. Tonjolkan sikap positifnya dan ulang-ulang terus
sehingga siswa tidak hanya hafal rumusnya saja tetapi nilai positif dari penemu
teori tersebut.
Ketika
suatu Negara menaruh perhatian terhadap pendidikan, maka
Negara tersebut membangun sumber kekuatan , sumber kemajuan, sumber
kesejahteraan, dan sumber martabat yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas
manusia dan kualitas masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat
kecerdasan dan kekuatan karakter rakyatnya. Disini pendidikan karakter sangat berperan penting untuk
menghasilkan itu semua. Karna kebaikan karakter dan kecerdasan yang berkarakter, akan
makin bertambah jika digunakan terus menerus.Seperti ungkapan Ki Hajar
Dewantara “Maksud pendidikan itu adalah sempurnanya hidup manusia
sehingga bisa memenuhi segala keperluan hidup lahir dan batin. Yang kita dapat
dari kodrat alam… pengetahuan, kepandaian janganlah dianggap maksud dan tujuan.
Tetapi alat, perkakas, lain tidak. Bunganya kelak akan menjadi buah. Itulah
yang harus kita utamakan. Buahnya pendidikan,
yaitu matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang
tertib dan suci dan bermanfaat bagi orang lain”.
Pembangunan
karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan
tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga mempunyai budi
pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat
menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. Pembinaan karakter harus
dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT) karena PT
harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi
bangsa yang cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu bersaing
dengan bangsa manapun
Education
character proceeds by the participation of the individual in the social
consciousness of the race. This process begins unconsciously of the race. This
process begins unconsciously almost a birth, and is continually shaping the
individual’s powers, saturating his consciousness, forming his habits, training
his ideas, and arousing his feelings and emotions. Through his unconscious
education the individual gradually comes to share in the intellectual and moral
resources which humanity has succeeded in getting together. He becomes an
inheritor of the funded capital of civilization. The most formal and technical
education in the world cannot safely depart from this general process. It can
only organize it or differentiate it in some particular direction.[2]
Penerapan
Pendidikan Karakter dapat dilakukan Pada usia dini 0-6 tahun, karna otak
berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan
menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah
masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan
mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai
masa-masa emas anak (golden age). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton
menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya
sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam
kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya. oleh
karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak
untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak
bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang.
Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak.
Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya
menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak
berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia
dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat
baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi
seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani
mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut
gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan
untuk meraih keberhasilan.
Fakta
membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di
sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas
di sekolahnya. Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh
kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan
oleh kecakapan membangung hubungan emosional kita dengan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah
hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa. kecakapan membangun
hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan
karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan,
karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Dan pada
saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Usia dini adalah masa
perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai
terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita
sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada
usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak
menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang
dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena
itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman
3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (trianglerelationship),
yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan
sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap
hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya
menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut
akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan
berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan
memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif
pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan
kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk
dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka
lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara
langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan
sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul
dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan
ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula
sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun
melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada
kehidupan sosial.
E. Kesimpulan.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Jadi sebenarnya karakter sudah ada dalam
pendidikan dan menjadi suatu hal yang tak dapat dipisahkan. Penerapan
Pendidikan Karakter dapat dilakukan Pada usia dini 0-6 tahun, karna otak
berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan
menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah
masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan
mulai terbentuk.
Karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter bisa dibentuk, Dan pada saat anak
berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Pada usia inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita
sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada
usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak
menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang
dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena
itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.
Tumbuhkan
pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara
memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk
dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka
lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara
langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pilihan terhadap lingkungan sangat
menentukan pembentukan karakter anak. lingkungan baik dan sehat akan
menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula
sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun
melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada
kehidupan sosial.
F. Saran-saran.
Peran dari internal maupun eksternal sangat
penting bagi pendidikan karakter anak, tp tidak hanya seorang anak-anak saja
yang mesti diperhatikan kadang anak remaja pun luput dari pendidikan karakter
ini, walaupun banyak orang beranggapan bahwa pada usia yang sudah dewasa sulit
untuk mengubah karakter tapi dengan banyak dukungan karakterpun dapat diubah walau
memerlukan jangka waktu yang lama dan berubah sedikit demi sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar