Katakanlah: "Sesungguhnya shalat, ibadah,
hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,(162) tiada sekutu
bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".( Al-An’am:162-163)
Makna yang terkandung dalam surat Al-An’am:162-163:
§
Semua aktifitas kehidupan baik ibadah maupun muammalah harus
didasari oleh niat lilahi
§
Tidak ada yang dapat menyamai Allah
§
Manusia wajib berserah diri kepada Allah setelah melaui ikhtiar
Ikhlas
berasal dari kata kerja bahasa Arab khalasa yang artinya murni.
Jadi sebuah niat yang ikhlas dapat diartikan tujuan yang murni. Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari
kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas
adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam
beramal.Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha
Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan- Nya dengan yang lain. Memurnikan
niatnya dari kotoran yang merusak.keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi
nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat.
Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat.
Ciri-Ciri Orang Yang Ikhlas:
1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam
keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali
bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas
jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam
beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”Perjalanan waktulah yang
akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui
berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan
terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.Al-Qur’an
telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang
munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam
cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu
untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui
orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu,
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati
mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama
manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa
ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung
Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang
beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu,
melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika
sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)Tujuan yang hendak
dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga,
mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri
atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena
mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa
senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana
dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.
Seorang mukmin yang ikhlas akan
menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa
membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan
mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan
umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya
semata.
4. Mereka selalu khawatir kalau-kalau sedekah yang mereka berikan, dan amal
ibadah yang mereka kerjakan itu tidak di terima tuhan, dan mereka bersegera
untuk mendapatkan kebaikan dan kebaikan-kebaikan itu akan diberikan kepada
mereka dengan segera sejak di dunia ini. Sesuai dengan yang disebutkan dalam
Al-Quran surat Al-Muminun ayat 57-61, yang berbunyi:“sesungguhnya orang-orang
yang berhati-hati karena takut akan (azab) tuhan mereka, dan orang-orang yang
beriman dengan ayat-ayat tuhan mereka. Dan orang-orang yang memberikan apa yang
telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
sesungguhnya mereka akan kembali kepada tuhan mereka. Merek itu bersegera untuk
mendapatkan kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera
memperolehnya”.
Kedudukan Ikhlas Dalam Agama.
وماأمرواإلاليعبدوااللهمخلصينلهالدينحنفاءويقيمواالصلاةويؤتواالزكاةوذلكدينالقيمة
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.(Al-Bayyinah: 5)
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak
dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya
shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda,
“Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”Tatkala Jibril
bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah
seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya
Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima
amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”
Fudhail bin Iyadh memahami kata ihklas dalam firman Allah
surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna
akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya,
“Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak
diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima.
Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah
Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini
disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.Imam Syafi’i
pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau
berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha
(suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan
niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim
memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasanseperti musafir yang
mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.”Dalam
kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak
mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa
keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”
Lawan dari sifat ikhlas salah satunya adalah buruknya
riya. Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia
dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan
lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan
dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu)
di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian
adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai
Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat
ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di
dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).Dan
orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang
telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang
senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas
kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak
menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan
mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)
Pengelompokan Ikhlas:
1. Iklhas Mubtadi’ : Yakni
orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya terbesit keinginan
pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk menghilangkan kesulitan dan
kebingunan. Ia melaksanakan shalat tahajud dan bersedekah karena ingin usahanya
berhasil. Ciri orang yang mubtadi’ bisa terlihat dari cara dia beribadah. Orang
yang hanya beribadah ketika sedang butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Ia
beribadah ketika ada kebutuhan. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun
akan berhenti.
2. Ikhlas Abid : Yakni orang
yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari riya’ serta keinginan dunia.
Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat,
menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa
menyelamatkan dirinya dari siksaan api neraka. Ibadah seorang abid ini
cenderung berkesinambungan, tetapi ia tidak mengetahui mana yang harus
dilakukan dengan segera (mudhayyaq) dan mana yang bisa diakhirkan (muwassa’),
serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menganggap semua ibadah itu
adalah sama.
3. Ikhlas Muhibb : Yakni orang
yang beribadah hanya karena Allah, bukan ingin surga atau takut neraka.
Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah dan mengagungkan-Nya.
4. Ikhlas Arif, yaitu orang
yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia digerakkan Allah. Ia merasa
bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya menyaksikan ia sedang
digerakkan Allah karena memiliki keyakinan bahwa tidak memiliki daya dan upaya
melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Semuanya berjalan atas
kehendak Allah.
1. Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram
2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT.
3. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka.
4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT.
5. Doa kita akan diijabah.
6. Dekat dengan pertolongan Allah.
7. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
8. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat.
9. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah.
10. Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas dalam membangun masjid
11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain
12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT)
2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT.
3. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka.
4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT.
5. Doa kita akan diijabah.
6. Dekat dengan pertolongan Allah.
7. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
8. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat.
9. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah.
10. Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas dalam membangun masjid
11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain
12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ikhlas
berasal dari kata kerja bahasa Arab khalasa yang artinya murni. Jadi sebuah
niat yang ikhlas dapat diartikan tujuan yang murni. Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan
menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang
menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.Sedangkan secara
istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa
menyekutukan- Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang
merusak.keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah,
dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan
dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat.
Ciri-Ciri Orang Yang Ikhlas:
1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam
keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan.
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama
manusia atau jauh dari mereka.
3. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih
popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.
4. Mereka selalu khawatir kalau-kalau sedekah yang mereka berikan, dan amal
ibadah yang mereka kerjakan itu tidak di terima tuhan, dan mereka bersegera
untuk mendapatkan kebaikan dan kebaikan-kebaikan itu akan diberikan kepada
mereka dengan segera sejak di dunia ini.
Manfaat dan Keutamaan Ikhlas:
1. Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram
2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT.
3. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka.
4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT.
5. Doa kita akan diijabah.
6. Dekat dengan pertolongan Allah.
7. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
8. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat.
9. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah.
10. Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas dalam membangun masjid
11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain
12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT)
1. Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram
2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT.
3. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka.
4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT.
5. Doa kita akan diijabah.
6. Dekat dengan pertolongan Allah.
7. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
8. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat.
9. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah.
10. Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas dalam membangun masjid
11. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain
12. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT)
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa,
Ahmad, Ahklaq Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 1999.
Razak, Nasrudin, Dienul Islam, PT. Al-Ma’arief, Bandung. 1993.
Saad, Abdul Wahid, Tafsir Al-Hidayah, Suara Muhammadiyah,1993.
Razak, Nasrudin, Dienul Islam, PT. Al-Ma’arief, Bandung. 1993.
Saad, Abdul Wahid, Tafsir Al-Hidayah, Suara Muhammadiyah,1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar