Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya setiap guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran harus menyadari sepenuhnya bahwa seiring menyampaikan materi pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari dalam mata pelajaran itu sendiri.
Materi pelajaran dan aplikasi nitai-nilai terkandung dalam mata
pelajaran tersebut senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan
masyarakatnya. Agar guru senantiasa dapat menyesuaikan dan mengarahkan
perkembangan, maka guru harus memperbaharui dan meningkatkan ilmu pengetahuan
yang dipelajari secara terus menerus. Dengan kata lain, diperlukan adanya
pembinaan yang sistematis dan terencana bagi para guru.
2.1 Karakteristik kerja guru
Semua di antara kita sudah sangat akrab dengan guru, baik sering
berhubungan, membawahi ataupun jadi guru sendiri. Tetapi, berapa banyak di
antara kita yang pernah merenungkan sesungguhnya bagaimana kerja guru itu?
Pemahaman akan hakekat kerja guru ini sangat penting sebagai landasan dalam
mengembangkan program pembinaan dan pengembangan guru. Kalau direnungkan secara
mendalam, maka kita akan dapat menemukan beberapa karakteristik kerja guru,
antara lain:
1)
Karakteristik
pertama, pekerjaan guru bersifat individualistis non colaboratif, memiliki arti
bahwa guru dalam melaksanakan tugas-tugas pengajarannya memiliki tanggung jawab
secara individual, tidak mungkin dikaitkan dengan tanggung jawab orang lain.
Pekerjaan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dari waktu ke waktu
dihadapkan pada pengambilan keputusan dan melakukan tindakan. Dalam pengambilan
keputusan dan tindakan itu harus dilaksanakan oleh guru secara mandiri. Sebagai
contoh, di tengah proses belajar mengajar berlangsung terdapat siswa yang
tertidur sehingga siswa yang lain berisik. Guru harus mengambil keputusan dan
menentukan tindakan saat itu, dan tidak mungkin meminta pertimbangan teman guru
yang lain. Oleh karena itulah, wawasan dan kecermatan sangat penting bagi
seorang guru.
2)
Karakteristik
kedua, pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang
terisolir dan menyerap seluruh waktu. Hal ini sudah diketahui bersama, bahwa
hampir seluruh waktu guru dihabiskan di ruang-ruang kelas bersama para
siswanya. Implikasi dari hal ini adalah bahwa keberhasilan kerja guru tidak
hanya ditentukan oleh kemampuan akademik, tetapi juga oleh motivasi dan
dedikasi guru untuk terus dapat hidup dan menghidupkan suasana kelas.
3)
Karakteristik
ketiga, pekerjaan guru adalah pekerjaan yang kemungkinan terjadinya kontak
akademis antar guru rendah. Bisa dicermati, setiap hari berapa lama guru bisa
berinteraksi dengan sejawat guru. Dalam interaksi ini apa yang paling banyak
dibicarakan. Banyak bukti menunjukkan bahwa interaksi akademik antar guru sangat
rendah. Kalau dokter ketemu dokter yang paling banyak dibicarakan adalah
tentang penyakit, penemuan teknik baru dalam pengobatan. Kalau insinyur ketemu
insinyur, yang dibicarakan adalah adanya teknik baru dalam membangun jembatan,
penemuan untuk meningkatkan daya bangunan air, dan sebagainya. Tetapi apabila
guru ketemu guru, apa yang dibicarakan? Rendahnya kontak akademik guru ini di
samping dikarenakan soal waktu guru yang habis diserap di ruang-ruang kelas,
kemungkinan juga karena kejenuhan guru berinteraksi akademik dengan para
siswanya.
4)
Karakteristik
keempat, pekerjaan guru tidak pernah mendapatkan umpan balik. Umpan balik
adalah informasi baik berupa komentar ataupun kritik atas apa yang telah
dilakukan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, yang diterima oleh guru.
Berdasarkan umpan balik inilah guru akan dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses belajar mengajarnya.
5)
Karakteristik
kelima, pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja di ruang
kelas. Waktu kerja guru tidak terbatas hanya di ruang-ruang kelas saja. Dalam
banyak hal, justru waktu guru untuk mempersiapkan proses belajar mengajar di
ruang kelas lebih lama.
Di samping karakteristik pekerjaan guru, karakteristik disiplin
ilmu pengetahuan sangat penting artinya untuk difahami, khususnya oleh guru
sendiri. Sebab, guru harus menjiwai disiplin ilmu yang harus diajarkan. Di
Amerika Serikat, misalnya, kalau ada konferensi guru-guru, orang akan segera
dapat membedakan guru berdasarkan disiplin ilmu yang diajarkan: mana guru
matematik dan mana guru ilmu sosial.
2.2 Peningkatan kualitas guru
Dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan disadari satu kebenaran
fundamental, yakni bahwa kunci keberhasilan mempersiapkan dan menciptakan
guru-guru yang profesional, yang memiliki kekuatan dan tanggung jawab yang baru
untuk merencanakan pendidikan di masa depan.
A. Kualitas dan karir
Pada dasarnya peningkatan kualitas diri seseorang harus menjadi
tanggung jawab diri pribadi. Oleh karenanya usaha peningkatan kualitas guru
terletak pada diri guru sendiri. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran pada
diri guru untuk senantiasa dan secara terus menerus meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan yang diperlukan guna peningkatan kualitas kerja sebagai pengajar
profesional. Kesadaran ini akan timbul dan berkembang sejalan dengan
kemungkinan pengembangan karir mereka. Oleh karena itu pengembangan kualitas
guru harus dikaitkan dengan perkembangan karir guru sebagai pegawai, baik
negeri maupun swasta. Gambaran yang ideal adalah bahwa pendapatan dan karir,
dalam hal ini jenjang jabatan dan kepangkatan merupakan hasil dari peningkatan
kualitas seseorang selaku guru.
Urutan proses di atas menunjukkan bahwa jenjang kepangkatan dan
jabatan yang tinggi hanya bisa dicapai oleh guru yang memiliki kualitas
profesional yang memadai. Sudah barang tentu alur pikir tersebut didasarkan
pada asumsi bahwa peningkatan jenjang kepangkatan dan jabatan guru berjalan
seiring dengan peningkatan pendapatannya. Proses dari timbulnya kesadaran untuk
meningkatkan kemampuan profesional di kalangan guru, timbulnya kesempatan dan
usaha, meningkatnya kualitas profesional sampai tercapainya jenjang kepangkatan
dan jabatan yang tinggi memerlukan iklim yang memungkinkan berlangsungnya
proses di atas. Iklim yang kondusif hanya akan muncul apabila di kalangan guru
timbul hubungan kesejawatan yang baik, harmonis, dan obyektif. Hubungan tersebut
bisa dimunculkan antara lain lewat kegiatan profesional kesejawatan.
Dengan demikian, untuk pembinaan dan peningkatan profesional guru
perlu dikembangkan kegiatan professional kesejawatan yang baik, harmonis, dan
obyektif. Secara sistematis pengembangan kesejawatan ini memerlukan:
- wadah
/kelembagaan
- bentuk
kegiatan,
- mekanisme,
- standard
professional practice.
B. Wadah dan kelembagaan
Wadah dan kelembagaan untuk pengembangan kesejawatan adalah
kelompok yang merupakan organ bersifat non-struktural dan lebih bersifat
informal. Wadah ini dikembangkan berdasarkan bidang studi atau rumpun bidang
studi pada masing-masing sekolah. Anggota yang memiliki kepangkatan tertinggi
dalam setiap rumpun diharapkan bisa berfungsi sebagai pembimbing. Kalau ada
anggota memiliki kepangkatan yang sama, maka diharapkan secara bergiliran salah
satu darinya berfungsi sebagai pembimbing anggota yang lain. Dengan bentuk
wadah dan kelembagaan semacam ini maka di setiap sekolah akan terdapat lebih
dari satu kelompok.
Keberadaan kelompok akan memungkinkan para guru untuk bisa tukar
fikiran dengan rekan sejawat mengenai hal ikhwal yang berkaitan interaksi guru
dengan para siswa. Bagi seorang pekerja profesional, termasuk guru, komunikasi
kesejawatan tentang profesi yang ditekuni sangatlah penting. Namun sayangnya,
justru komunikasi kesejawatan inilah yang belum ada di kalangan profesi guru di
tanah air kita.
C. Asah, asuh, asih
Kelompok yang dibentuk merupakan wadah kegiatan di mana antara
anggota sejawat bisa saling asah, asuh dan asih untuk meningkatkan kualitas
diri masing-masing khususnya dan mencapai kualitas sekolah serta pendidikan
pada urnumnya.
Asah artinya satu dengan anggota sejawat yang lain saling membantu
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Asuh berarti di antara anggota
kesejawatan saling membimbing dengan tulus dan ikhlas untuk peningkatan
kemampuan profesional dan asih berarti di antara anggota kesejawatan terdapat
hubungan kekeluargaan yang akrab.
Oleh karena itu kelompok yang beranggotakan para guru suatu bidang
studi sejenis harus menitik-beratkan pada aktifitas profesional. Secara
terperinci kegiatan kelompok ditujukan untuk
1.
Meningkatkan
kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain :
a.
Diskusi tentang
satuan pelajaran.
b.
Diskusi tentang
substansi meteri pelajaran.
c.
Diskusi pelaksanaan
proses belajar mengajar termasuk evaluasi pengajaran.
d.
Melaksanakan
observasi aktivitas rekan sejawat di kelas.
e.
Mengembangkan
evaluasi penampilan guru oleh peserta didik.
f.
Mengkaji hasil
evaluasi penampilan guru oleh peserta didik sebagai feedback bagi anggota
kelompok.
2.
Meningkatkan
penguasaan dan pengembangan keilmuan, khususnya bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
a.
Kajian jurnal dan
buku baru.
b.
Mengikuti jalur
pendidikan formal yang lebih tinggi.
c.
Mengikuti
seminar-seminar dan penataran-penataran.
d.
Menyampaikan
pengalaman penataran dan seminar kepada anggota kelompok.
e.
Melaksanakan
penelitian.
3.
Meningkatkan
kemampuan untuk mengkomunikasikan masalah akademis.Kegiatan yang dilaksanakan
antara lain:
a.
Menulis artikel.
b.
Menyusun laporan
penelitian.
c.
Menyusun makalah.
d.
enyusun laporan dan
review buku.
D. Mekanisme
Kegiatan kelompok dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan.
Sebagaimana konsep asah, asuh dan asih, maka setiap anggota kelompok memiliki
hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dalam setiap kegiatan tanpa memandang
jenjang kepangkatan, jabatan dan gelar akademik yang disandangnya. Secara
bergiliran setiap anggota melaksanakan kegiatan sebagaimana disebutkan di atas.
Input, feedback, komentar dan saran-saran sejawat atas penampilan
salah seorang anggota kelompok kesejawatan diberikan baik secara tertulis
maupun secara lisan sesuai dengan kebutuhan. Untuk hasil observasi kelas,
misalnya kelompok kesejawatan mungkin bisa mengembangkan format observasi bisa
dilaksanakan secara sistematis, objektif dan rasional, sehingga anggota yang
diobservasi bisa memperoleh input tertulis di samping juga input lisan.Secara
periodik ketua-ketua kelompok kesejawatan di setiap bidang studi di sekolah
bisa mengadakan diskusi atau pertemuan guna membahas kemajuan dan perkembangan
kelompok masing-masing.
E. Standar Profesional Guru
Pada dasarnya kelompok yang diuraikan di atas adalah merupakan
wadah aktifitas profesional untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.
Aktifitas yang dimaksudkan ini tidak bersifat searah, melainkan bersifat
multiarah. Artinya, aktifitas yang dilaksanakan bersifat komprehensif dan total
yang mencakup presentasi, observasi, penilaian, kritik, tanggapan, saran, dan
bimbingan.
Untuk menjamin bahwa kegiatan kelompok bisa berlangsung dengan
baik, sehingga dapat diujudkan hubungan timbal balik kesejawatan yang obyektif
bebas dari rasa rikuh, pekewuh dan sentimen perlu dikembangkan suatu
norma kriteria yang obyektif sebagai dasar untuk saling memberikan penilaian
terhadap karya dan penampilan sejawat.
Akan lebih baik
kalau norma dan kriteria ini harus dikembangkan oleh masing-masing kelompok
kesejawatan itu sendiri. Sudah barang tentu pengembangan norma dan kriteria
kesejawatan ini berdasarkan acuan kerangka teoritis dan praktis yang bisa
dikaji. Misalnya norma dan kriteria untuk menilai proses belajar mengajar yang
baik bisa dikembangkan berdasarkan "kerangka perilaku" guru yang
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar